Subscribe RSS



D’ Love



 



Judul di atas terdiri dari 5 kata. Kata
yang terdiri dari 2 vokal (o & e) dan 3 konsonan (d, l, & v). Totalnya
5 kata, plus 1 tanda koma ‘di atas’. Kata ini lumrah dipakai pada media-media
sebagai bahan ketertarikan publik. Tetapi jarang orang memahami makna dari
karakter kata itu. Apakah sebenarnya makna dari 5 kata yang misterius itu?
Sepakat kita bahwa sebagai warga Indonesia yang memiliki tipikal lingua yaitu
bahasa Indonesia bertentangan dengan lingua Inggris.



Lingua Inggris yang
berasal dari mantan penjajah Indonesia tentu diskriminasi dengn bahasa kita.



Lalu bagaimana cara menginterpretasikan
kata di atas? Apa lagi, ada tanda koma di atas setelah huruf D besar itu!



Cara yang paling identik untuk
menerjemahkan kata ini adalah dengan 2 cara.



 



1.     

Tentu
dengan kamus bahasa Inggris,



2.     
Ini
cara yang paling mudah jika Anda di depan komputer membaca artikel ini. Yaitu
dengan menggunakan program Transtool.



Program kontemporer menandung sejuta mafhsadah/manfaat.



 



Wahlasil, setelah kita mengetik 1 per 1
kata di atas. Maka akan nampak arti Cintai. Berarti metafora dengan mencintai. Asal
kata mencintai sebelum mendapat imbuhan prefiks me- dan afiks –i adalah cinta.



 



Cinta inilah merupakan kata yang paling banyak dibicarakan
manusia. Setiap
insan yang normal
memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta,
anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran
utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah
cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.





Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf
tersusun secara hierarki horizontal: <<CINTA>>. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk
mendefinisikannya. Terlebih untuk
menggubris
hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar
dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan
gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama
suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang
dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup
bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.



 



Demikianlah
bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok
ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan
menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi
pembolehan terhadap segala yang dilarang Alloh dan Rosul-Nya Muhammad . Alloh
berfirman yang artinya:



 



“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh-lah
tempat kembali yang baik.”



(Ali ‘Imran: 14)



 



 



Rosululloh 
dalam haditsnya dari shahabat Tsauban  mengatakan
yang artinya
:



‘Hampir-hampir orang-orang kafir
mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan.’
Seseorang berkata: ‘Wahai Rosululloh, apakah jumlah kita saat itu sangat
sedikit?’ Rosululloh  berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi
kalian bagaikan buih di atas air. Dan Alloh benar-benar akan mencabut rasa
ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Alloh akan campakkan ke dalam
hati kalian (penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang dimaksud
dengan al-wahn wahai Rosululloh?’ Rosululloh  menjawab: ‘Cinta dunia dan
takut mati.’



(HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)



 



Asy-Syaikh
‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan
, artinya
:



“Alloh
memberitakan dalam dua ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia
kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Alloh
menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Alloh 
memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan
kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di
dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa.
Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya
sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua
itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat
cepat.”






Definisi Cinta



 



Untuk
mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan
kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim
ber-statemen
:



 



“Cinta tidak bisa
didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan
(sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya
adalah adanya cinta itu sendiri.”



(Madarijus
Salikin, 3/9)



 



Hakikat Cinta



 



Cinta
adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila
cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Alloh, maka ia akan menjadi
ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi
perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila
keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Alloh
yaitu kesyirikan.






Cinta kepada Alloh



 



Cinta
yang dibangun karena Alloh akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan
berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf
mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Alloh lalu Alloh
menurunkan ayat ujian kepada mereka:





“Katakanlah: jika kalian cinta
kepada Alloh maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintai kalian.” (Ali
‘Imran: 31)



 



Mereka
(sebagian salaf) berkata: “(firman Alloh) ‘Niscaya Alloh akan mencintai
kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta
faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Alloh) adalah mengikuti Rosululloh ,
faidah dan buahnya adalah kecintaan Alloh kepada kalian. Jika kalian tidak
mengikuti Rosululloh  maka kecintaan Alloh kepada kalian tidak akan
terwujud dan akan hilang.”


Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang
lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Alloh. Rosululloh 
bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik
yang artinya:



 



“Tiga hal yang barangsiapa
ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman.
Hendaklah Alloh dan Rosul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan
hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan
karena Alloh, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Alloh
selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke
dalam neraka.”



(HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim
no. 43)



 



Ibnul
Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Alloh) ada
sepuluh perkara:




  • Membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami
    makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.


  • Mendekatkan diri kepada Alloh dengan amalan-amalan
    sunnah setelah amalan wajib.

  • Terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.

  • Mengutamakan kecintaan Alloh di atas kecintaanmu
    ketika bergejolaknya nafsu.

  • Hati yang selalu menggali nama-nama dan
    sifat-sifat Alloh, menyaksikan dan mengetahuinya.

  • Menyaksikan kebaikan-kebaikan Alloh dan segala
    nikmat-Nya.


  • Tunduknya hati di hadapan Alloh .

  • Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat)
    bersama-Nya ketika Alloh turun (ke langit dunia).

  • Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat
    cinta dan jujur.

  • Menjauhkan segala sebab-sebab yang akan
    menghalangi hati dari Alloh .



(Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)





Cinta adalah Ibadah



 



Sebagaimana
telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki
kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Alloh
berfirman yang artinya:





“Tetapi Alloh menjadikan kamu
cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat:
7)





“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Alloh.”
(Al-Baqarah: 165)





“Maka Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai
mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)



 



Adapun
dalil dari hadits Rosululloh  adalah hadits Anas yang telah disebut di
atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim
yang
artinya
:



 



“Hendaklah Alloh dan Rosul-Nya
lebih dia cintai daripada selain keduanya.”



 



Macam-macam cinta



 



Di
antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang
membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam
kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada
empat macam:



 



Pertama, cinta ibadah.



Yaitu
mencintai Alloh dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di
atas.



 



Kedua, cinta syirik.



Yaitu
mencintai Alloh dan juga selain-Nya. Alloh berfirman
yang
artinya
:





“Dan di antara manusia ada yang
menjadikan selain Alloh sebagai tandingan-tandingan (bagi Alloh), mereka
mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Alloh.”
(Al-Baqarah: 165
)






Ketiga, cinta maksiat.



Yaitu
cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Alloh
dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Alloh berfirman

yang artinya
:





“Dan kalian
mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)



 



Keempat, cinta tabiat.



Seperti
cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan.
Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Alloh berfirman yang artinya:



 



“Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf
‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita
daripada kita.”



(Yusuf: 8)



 



Jika
cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Alloh
sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat.
Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut
sehingga sama seperti cinta kita kepada Alloh atau bahkan lebih, maka cinta
tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.





Buah cinta



 



Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah  mengatakan
, artinya
:



 



“Ketahuilah
bahwa yang menggerakkan hati menuju Alloh ada tiga perkara: cinta, takut, dan
harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan
tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.”



(Majmu’
Fatawa, 1/95)



 



Asy-Syaikh
‘Abdurrahman As-Sa’di  menyatakan
, artinya
:



 



“Dasar tauhid dan
ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Alloh. Cinta merupakan
landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan
hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba
kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)



 



Bila
kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Alloh? Maka kita tidak
boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan
tetapi jawabannya perlu dirinci.



Pertama,
bila dia mencintai selain Alloh lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Alloh
maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.



Kedua,
bila dengan cinta kepada selain Alloh menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat
maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.



Ketiga,
bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.



 



Now,
apakah makna tersirat dari D’ Love setelah menelaah secara mendalam
sampai kening begitu ‘kerut’ memahami CINTA>>>???



 



D’ Love

adalah D’ + CINTA. Berinterpretasi jika kata mendapatkan tambahan huruf, maka
semakin dalam kata yang baru dilahirkan itu. Itulah tambahan D’ berarti: Mencintai. Mungkin!!!



 



WAllohu a’lam.






Photobucket

Category: | 0 Comments

0 comments to “D' Love”

Note: only a member of this blog may post a comment.