Tentang Penulis
Afwan,
ana[1] mau ‘beradu
kening’ dulu dengan SOBAT2 !
Aku
memiliki nama antomim “Artup Radnansuk” alias “Kusnandar Putra”, lahir dengan
selamat di Rumah Sakit Fatimah yang ‘berdinding semen berdasarkan prinsip
tekanan” pada tanggal √9-Januari-1410 Hijriah.
Ana
lahir di kota yang luasnya hampir 100 km2, tepatnya 99,33 km2,
dengan jumlah manusia masih hidup pada saat itu + 101.421 jiwa (sensus 1410
Hijriah). Kota tempat lahir ana figur presiden ke-3, Prof. BJ. Habibie. Betul,
betul, betul……..(laksana Upin dan Ipin) itulah Kota Parepare. Domain yang
banjir akan nuansa LAUTAN yang asin dan khasanah PASAR yang hingar-bingar. (Rasanya
kangen pulang jika mendeskripsikannya)
Nama
lengkap ana, Kusnandar. Anak IV dari 3 bersaudara pasangan Tabara (Pejuang
Rakyat) & Supariah (Teknisi Rumah Tangga), dan pastinya paling kecil dari 3
kakak-kakak ana.
TK
Minasa Upa jadi naungan ana mengenal prinsip Hukum II Newton melalaui ‘luncuran-luncuran’.
SD Negeri Impres Minasa Upa I mengajari aku mengenal –momentum- karena pada
saat itu pernah berkelahi dengan teman, maklum mantan preman, tapi preman tapi
mesrah kok. Benar tuh, bahwa semakin besar kecepatan pukulan, maka
manifestasinya besar juga: Memerahkan
pipi.
SMP
Negeri 2 Makassar habitat yang sangat romantis karena di situlah ana menikah
dengan dengan saudari ‘bulan’, yaitu ‘matahati’. Eh bukan, maksudnya ‘matahari’.
Semua orang jadi saksi pada pernikahan itu. Maklum di kelas, sekitar 40 orang!
Kemudian
SMA Negeri 1 Parepare kembali ana bercokol untuk poligami. Poligami dengan ‘Hukum
Ohm’, tetapi selang beberapa jeda, ana cerai karena banyak kekurangan yang
ditemukan. Ada cacat fisiknya gitu! Tapi seketika itu, didepan papan tulis yang
hitam, ada sebuah kata yang indah penjelasannya. Penjelasan yang hampir
memenuhi isi black board. Itulah materi “Hukum Newton”. Walhasil, ana kembali
poligami. Lantas, bagaimana nasib istri pertama ana setelah itu?
Tentu
saja, mereka saling akur, pengertianlah bahasa kita. Meskipun berbeda jarak,
tetapi tetap sosialisasi di antara mereka.
Lalu,
setelah minggat dari sekolah yang di atas bumi itu, ana hijrah ke Universitas
Muhammadiyah melanjutkan perjalanan sengit. Ana diperhadapkan dengan lelaki
yang gribo dan jelek. Lelaki itu “Einstein”. Nama yang asing bagi kita, nama
salah seorang warga notabene Yahudi.
Akhirnya,
ana kontradiksi dengannya. Terjadi perlawanan kental. Bayangkan saja, teorinya
tidak masuk akal: konon kabarnya tidak ada yang tetap, semua relatif.
Ana
sepakat sih jika yang tetap adalah Tuhan semua makhluk (Alloh –Subhanahu Wa
Ta’ala-).
Tapi,
dia tidak gitu!
Karena
itulah, ana menjungkir-balikkannya dengan tidak mempublikasikan teori-teorinya.
Belum
lama sekitar 1 tahun, ana menjadi asisten Laboratorium Fisika berjas “biru” dan
ana minggat karena faktor -x- 6 bulan setelahnya.
Tapi
berkat rohmat dari Alloh –Subhanahu Wa Ta’ala- ana diperkenankan untuk beradiguna
di Laboratorium Komputer yang ber-AC.
Di
bangku kuliah, ana tidak menjadi ARTIS karena ana hanya manusia biasa yang
bergelimang dengan kesederhanaan.
Aspal
yang menampakkan fatamorgana dengan panjang sekitar 2 km dari kampus kadang ana
lalui jika tidak ada ongkos kendaraan darat. Trik matahari yang cukup sehat jam
12 siang sering memayungi ana. Alhamdulillah.
Pete-pete
‘ikon kendaraan Makassar’ dengan laju mendekati kecepatan cahaya ( 9x108 m/s ) kadang
menyambarku. Tapi, dengan asumsi dari Ibu bahwa ‘Jika berjalan, maka lawan arah
dari mobil!” sehingga proses momentum (tabrakan) tidak terjadi.
Berbagai
pengalaman ana dapat juga di daerah seluas + 175,77 km2 dan
bermakhluk manusia + 357.507 jiwa yang belum mati (sensus 1990 Masehi) ini.
Seperti menjadi ‘tentor’ (bukan bentor) di salah satu titik kota Makassar,
tepatnya di Sudiang.
Pengalaman
yang lain adalah menjadi PENGACARA ‘Pemuda NGeceng banyak Acara”, laksana menjual buku, baju,
parfum, dll yang bisa disebutkan tapi ana ‘malu’.
Untuk
informasi lebih dekat, meskipun jauh di mata, silahkan hubungi kami di:
085 255 496 907
Atau
suratan dunia maya di:
abumuhammad.umar@yahoo.com
0 comments to “Tentang Saya”