Subscribe RSS



Hal yang sangat pendidik harapkan adalah adanya rasa
kecintaan terhadap anak-anak didikannya. Namun, tentulah hal itu tidak mudah
untuk direalisasikan manakala masing-masing pendidik sudah hilang kepeduliannya
terhadap anak-anak, sementara agama kita yaitu Islam datang sebagai agama
nasehat yang bila saja setiap pendidik melaksanakan apa yang terkandung dari
makna-makna nasehat itu tentulah akan terwujud apa yang menjadi dambaannya.






Nasehat adalah amalan yang paling afdhol, seperti pernyataan Imam
Abdullah Ibnul Mubarak saat ditanya amalan apakah yang paling afdhol,
maka beliau -rahimahulloh- menjawab, "Nasehat karena Alloh ."



Ingatlah bahwa tiang agama dan pondasinya adalah nasehat.
Dengan keberadaannya, maka agama pun akan tetap tegak di tengah-tengah manusia,
sebaliknya dengan lenyapnya nasehat maka akan terjadilah kepincangan di
tengah-tengah mereka dalam seluruh aspek kehidupannya.





DEFINISI NASEHAT



Nasehat secara bahasa diambil dari kata-kata "An
Nush-hu
" yang berarti memurnikan, membersihkan, juga berarti
memperbaiki.



Adapun secara istilah nasehat adalah kalimat yang
menyeluruh yang bermakna memberikan tuntunan perbaikan untuk orang yang
dinasehati dalam hal ini kepada anak-anak.



Orang yang bersungguh-sungguh memberikan perbaikan kepada
yang lainnya seperti orang yang sedang memperbaiki pakaiannya yang rusak.





HUKUM MEMBERIKAN NASEHAT



Berkata Imam Nawawi rohimahullah, "Nasehat adalah fardhu
kifayah
, jika sebagian orang telah melakukannya, jatuhlah kewajiban bagi
yang lainnya, dan ia (nasehat) adalah sebuah keharusan sesuai dengan
kemampuan."



Kalangan ahlul ilmi yang lainnya berpendapat bahwa nasehat
itu ada yang hukumnya fardhu 'ain, ada pula yang fardhu kifayah,
yang wajib dan yang mustahab karena Rosulullah shollAlloh u 'alaihi
wa sallam
menerangkan bahwa agama itu nasehat, sedangkan perkara agama ada
yang wajib, yang mustahab, yang fardhu 'ain, dan juga fardhu kifayah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nasehat seorang pendidik memiliki peranan penting dalam
pendidikan. Merekalah yang akan membentuk watak dan kognitif pada anak
didiknya.



Nasehat merupakan bagian penting dalam agama dan kehidupan
kita, bahkan nasehat adalah salah satu di antara kelebihan-kelebihan yang
membedakan kita dengan umat-umat lainnya dimana Alloh  telah lebihkan kita
menjadi umat pilihannya. Alloh  berfirman yang artinya, "Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rosulnya (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (QS. Al-Baqoroh: 143).





Ditulis oleh Abu Hamzah Al Atsary



Sumber bacaan:



- Al Qur`anul Karim



- Mudzakkirotul Hadits An Nabawi fil Aqidah wal Ittiba'



- Qowa'id wa Fawa'id



- Nashihati lin Nisaa`



 



KONTRIBUSI PENDIDIK TERHADAP ANAK DIDIKNYA



Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini
seringkali kita dengar dan amat lengket di benak kita. Tak ada yang memungkiri
ucapan itu, karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekedar ungkapan
perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya sudah
semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak
mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam.



Lingkungan yang berperan penting setelah keluarga adalah
sekolahnya sebagai lembaga pendidikan yang memberikan dampak cukup besar.





Jika pendidik membiasakan anak didiknya dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk
serta ditelantarkan bagaikan binatang, maka akan tumbuh menjadi seorang yang
berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan
dipikul para pendidik apabila meremehkan pendidikan anak didiknya.





Ingatlah wahai pendidik bahwa Rosululloh -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- bersabda
yang artinya, "Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan
dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan dipinta
pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan
dipinta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan
ia bertanggungjawab, dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya
dan ia bertanggungjawab.



Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan
dipinta pertanggungjawabannya." (HR Bukhori dan Muslim dari sahabat
Abdullah Ibnu Umar radhiyAlloh u 'anhu).



Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak didik adalah dengan
mengajari mereka kebaikan, para pendidik menjadikan dirinya sebagai madrasah
bagi mereka.



Para pendidik hendaknya mengerahkan segala usaha dan
waktunya dalam rangka mentarbiyah anak-anak didiknya yang kelak menjadi
penentu baik buruknya masa depan umat.



Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah
dibutuhkan di zaman yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat (seks)
dan syubhat (kerancuan dalam pemikiran) yang terus memburu anak didik.





Islam sebagai agama yang universal tentu tidaklah mengesampingkan tarbiyah anak
(pendidikan anak), bahkan tarbiyah anak adalah sorotan utama dalam Islam sebab
Islam adalah agama tarbiyah.



Dengan posisi tarbiyah anak yang demikian pentingnya, maka
Alloh  subhanahu wa ta'ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang
sholih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para murobbi/pendidik, begitu
pula dengan sosok pribadi Muhammad -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- sebagai
seorang rosul sekaligus menjadi imam para murobbi dunia. Perhatian dan
kecintaannya terhadap anak-anak sangatlah tinggi, terlihat saat beliau
mengajari Ibnu Abbas di usianya yang muda belia sehingga tampillah Ibnu Abbas
menjadi sosok pemuda yang berilmu, bertaqwa, dan memiliki keberanian yang luar
biasa. Salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak, beliau selalu mencium
anak-anak bila berjumpa[1],
sebagaimana dalam Shohih Bukhori dari sahabat Abu Hurairoh, ia berkata yang
artinya, "Rosulullah -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- mencium Hasan
...", juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya dari sahabat
Aisyah radliyAlloh u 'anha berkata, "Seorang badui datang menemui Nabi -Sholllallohu
‘Alaihi Wasallam-
dan berkata: Kalian selalu menciumi anak-anak, sedangkan
kami tidak pernah menciuminya." Lalu Nabi -Sholllallohu ‘Alaihi
Wasallam-
berkata, "Kami menginginkan agar Alloh  mencabut kasih
sayang dari hatimu.", tidak ada bahan pengajaran yang paling baik dan
sempurna kecuali yang bersumber dari kitab dan sunnah, karena disitulah adanya
ilmu yang mencakup segala bidang, seperti ungkapan Imam Syafi'i: ‘Ilmu itu
adalah ucapan Alloh  dan ucapan rosul-Nya. Sedang selain dari itu adalah
bisikan-bisikan syaithon.’





8 Langkah dasar dalam mendidik anak DIDIK yang disarikan dari Al Kitab dan
Sunnah



Pertama: mengajarkan tauhid kepada anak didik, mengesakan
Alloh  dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Alloh 
daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Alloh . Ini pendidikan
yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.



 



Kedua: mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjama'ah[2].



Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Alloh
, kepada kedua orangtua, dan kepada orang lain.



 



Keempat: mendidik anak didika agar taat kepada kedua
orangtua dalam hal yang bukan maksiat[3],
setelah ketaatan kepada Alloh  dan rosul-Nya yang mutlak.



Kelima: menumbuhkan pada diri mereka sikap muroqobah
(merasa selalu diawasi Alloh ). Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapun dan
tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.





Keenam: memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilul mukminin al
muwahhidin
(jalannya mukminin yang bertauhid), salafush sholih
generasi terbaik umat ini, dan memberikan loyalitas kepada mereka.



 



Ketujuh: mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab
dan Sunnah.



 



Kedelapan: menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu,
rendah hati, dan rujulah serta syaja'ah (kejantanan dan keberanian).



Begitulah memang seharusnya, pendidikan anak ini menjadi
kewajiban nomor wahid (satu) bagi para pendidik (guru), menelantarkannya
berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Alloh , membiarkannya adalah
berarti membiarkan kehancuran anak.



Sedangkan mendidiknya adalah cahaya masa depan yang cerah
yang berarti juga mengangkat derajat sang anak di surga.



Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari.



Sumber : fdawj.co.nr



 



DO’A PARA PENDIDIK KEPADA ANAK DIDIKNYA



Doa pendidik (guru) untuk anak didiknya adalah salah satu
doa yang didengar Alloh  -Subhanahu Wa Ta’ala-.



Maka semestinya pendidik (guru) senantiasa mengalirkan doa
kebaikan bagi anak didiknya. Pendidik juga mesti meneguhkan kesabaran jika
menjumpai penyimpangan pada anak didiknya. Bukan malah mengutuk atau mendoakan
kejelekan bagi mereka.





Sesuatu yang sudah lazim untuk diketahui, pendidik harus membimbing anak
didiknya. Mereka butuh diarahkan, diajari, ditegur, dan diluruskan bila mereka
salah atau lupa. Semua itu tak lain untuk kebaikan masa depan anak didik; masa
depan di dunia dan masa depan di akhirat.



Kadang kala yang terjadi, pendidik (guru) sudah mengerahkan
segala upaya untuk mengajari dan membimbing, namun si anak tetap nakal di kelas
atau di tempat lain atau ‘kepala batu’. Entah apa lagi cara yang harus
ditempuh, seakan-akan semua jalan telah buntu.



Memang, mencetak seorang anak didik menjadi anak shalih
yang selalu menyenangkan hati seorang guru bukanlah semata hasil kerja keras
pendidik dan orang tuanya yang di rumah. Semua usaha yang ditempuh hanyalah
merupakan sebab-sebab yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Adapun yang
membuat hati anak didik terbuka untuk menerima pengarahan serta orang-orang
yang mendidiknya adalah Alloh  -Subhanahu Wa Ta’ala-. Alloh  -Subhanahu
Wa Ta’ala-
berfirman kepada Nabi-Nya -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- yang
artinya: “Sesungguhnya engkau takkan bisa memberikan hidayah (taufik) kepada
orang yang engkau cintai, akan tetapi Alloh  memberikan hidayah kepada siapa
pun yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (Al-Qashash: 56)





Dalam ayat-Nya ini, Alloh  -Subhanahu Wa Ta’ala- memberitahukan kepada
Rosululloh -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- bahwa beliau –lebih-lebih lagi
selain beliau– tidak akan mampu memberikan hidayah kepada seseorang, walaupun
dia orang yang paling dicintai. Tak seorang pun mampu memberikan hidayah taufik
dan menancapkan iman dalam hati seseorang. Ini semata-mata ada di tangan Alloh  -Subhanahu
Wa Ta’ala-. Dialah yang memberi hidayah pada siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha
Mengetahui, siapa yang pantas mendapatkan hidayah dari-Nya hingga nanti Dia
berikan hidayah.



 



Di sisi lain, sangatlah mudah bagi Alloh  -Subhanahu Wa
Ta’ala- untuk memberikan petunjuk pada hamba yang Dia kehendaki atau bagi para
pendidik yang hendak meminta petunjuk agar anak didiknya sholeh.



Abdullah bin ‘Abbas radhiyAlloh u ‘anhuma mengisahkan saat
Rosululloh -Sholllallohu ‘Alaihi Wasallam- mendoakannya, setelah dia
mengambilkan air wudhu untuk beliau. Dengan doa Rosululloh -Sholllallohu
‘Alaihi Wasallam- ini, Alloh  -Subhanahu Wa Ta’ala- memberikan ilmu yang luas
kepadanya:



“Pernah suatu ketika Rosululloh -Sholllallohu ‘Alaihi
Wasallam- masuk ke tempat buang air. Lalu kuletakkan air wudhu untuk beliau.
(Ketika selesai) beliau pun bertanya, “Siapa yang meletakkan ini?” Lalu beliau
diberitahu (bahwa aku yang melakukannya). Kemudian beliau mendoakan, ‘Ya Alloh
, berikanlah dia pemahaman terhadap agama’.” (HR. Al-Bukhari no. 143 dan Muslim
no. 2477)





Ibnu ‘Abbas radhiyAlloh u ‘anhuma menjadi salah seorang ulama di kalangan
shahabat. Sampai-sampai ‘Umar ibnul Khaththab -Rodhiyallohu ‘Anhu-
menempatkannya bersama para tokoh shahabat ketika Ibnu ‘Abbas masih belia.
(Fathul Bari, 7/127)



 



Apabila pendidik (guru) merasakan beban kesempitan dan
kesusahan karena ulah anak didiknya, hendaknya berlapang dada dan memaafkan,
serta mendoakan agar anak didik itu mendapatkan kebaikan.



Doa kebaikanlah yang semestinya dipanjatkan ketika itu,
bukan cacian atau bahkan doa kejelekan kepada anak didik.






http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=525



 



NASEHAT PENDIDIK UNTUK MENGENAL ALLOH 



Maknanya adalah mengajarkan anak-anak agar beriman Alloh 
dengan benar dan beriman kepada seluruh apa yang terdapat dalam Kitab dan
Sunnah dari nama-nama-Nya yang husna (baik) dan sifat-sifat-Nya yang tinggi
dengan keimanan yang benar tanpa menyerupakan-Nya dengan yang lain, tanpa
meniadakan dan tanpa merubah-rubah maknanya. Mengajarkan kepada anak-anak agar
mengesakan-Nya dalam hal ibadah dan meniadakan kesyirikan, juga mengajarkan
anak didik untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya,
mencintai apa yang dicintai-Nya dan membenci apa yang dibenciNya. Memberikan
loyalitas (rasa cinta) kepada hamba-hamba-Nya yang beriman (sesama Islam) dan
berlepas diri (membenci) dari musuh-musuh-Nya (orang kafir, kristen, budha,
dll). Kemudian mengajarkan anak didik untuk menerima dan mengakui segala
nikmat-nikmat-Nya dan mensyukurinya semua hal yang telah didapatkan.





NASEHAT PENDIDIK UNTUK MENGENAL KITAB-KITAB ALLOH



Yaitu anak didik diajarkan untuk beriman bahwa Al-Qur’an
sebagai kalamullah (perkataan Alloh ) yang diturunkan dari-Nya dan bukan
makhluk (bukan seperti manusia, hewan, dll), tidak akan dapat didatangi oleh
kebatilan (kesalahan) dari arah manapun, depannya maupun belakangnya.



Meskipun seluruh jin dan manusia bersekutu (bergabung)
untuk mendatangkan yang semisalnya, niscaya tidak akan dapat menyerupainya
Al-Qur’an.



Alloh  berfirman yang artinya, "Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Al-Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur`an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Alloh , jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika
kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya,
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
disediakan bagi orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqoroh: 23-24).



Berkata Imam At Thohawi rohimahullah, "Sesungguhnya
Al-Qur`an adalah kalam Alloh  (perkataan Alloh ), barangsiapa yang mendengarnya
lalu mengiranya sebagai kalam (perkataan) manusia, maka ia telah kufur dan
sungguh Alloh  telah mencelanya dan mengancamnya dengan neraka Saqar. Alloh 

berfirman, "Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar." (QS Al
Mudatstsir: 26).



Ketika Alloh  mengancam dengan neraka Saqar bagi
orang yang mengatakan, "Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia."
(QS Al Mudatstsir: 25), maka kita ketahui dan yakini bahwa Al Qur`an adalah
kalam pencipta manusia, tidak serupa dengan perkataan manusia."



Hal yang mesti para pendidik lakukan adalah meyakinkan
kepada anak didiknya bahwa Al-Qur’an sebagai konsep kehidupan yang sempurna dan
universal cocok untuk setiap zaman dan tempat. Alloh  berfirman yang artinya,
"Thaa Siin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur`an dan (ayat-ayat) kitab
yang menjelaskan untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang
yang beriman." (QS. An-Naml: 1-2).



Juga para pendidik hendaknya mengajarkan kepada anak
didiknya untuk membaca Al-Qur’an dengan benar dan khusyu' serta mengajarkannya.
Alloh  berfirman yang artinya, "Dan bacalah Al Qur`an itu dengan
perlahan-lahan." (QS Al Muzzammil: 4).



Rosulullah -Shollallohu 'Alaihi Wasallam- bersabda
yang artinya, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan
mengajarkannya." (HR Bukhori).



 



NASEHAT PENDIDIK UNTUK MENGENAL ROSULNYA



Adalah mengajarkan anak didik untuk membenarkan risalah
rosul-rosulnya  seperti apa yang dibawa oleh Nabi Muhamamd, Nabi ‘Isa, dll,
beriman kepada seluruh apa yang dibawanya, mentaati perintah-perintahnya dan
larangan-larangannya, membelanya pada saat hidupnya dan setelah meninggalnya,
membenci orang-orang yang membencinya dan mencintai orang-orang yang mencintainya,
mengagungkan haknya dan memuliakannya, menghidupkan jalannya dan
sunnah-sunnahnya, mengumandangkan dakwahnya dan menyebarkannya, menepis segala
tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepadanya (kepada rosul-rosul itu), berakhlak
dengan akhlaknya yang mulia dan beradab dengan adabnya, mencintai ahli baitnya
(keluarga rosul itu) dan para sahabat-sahabatnya, serta pendidik menasehati
untuk menjauhi orang-orang yang mengadakan hal yang baru dalam sunnah-sunnahnya
rosul.





NASEHAT PENDIDIK UNTUK MENGENAL PEMIMPIN UMAT ISLAM



Hendaknya para pendidik mengajarkan kepada anak didiknya
untuk menolong para pemimpin (presiden) di atas kebenaran (seperti program
pemerintah go green, maka anak didik dikerahkan untuk menjalankan
perintah pemerintah), meninggalkan dari memberontak kepadanya (seperti pendidik
agar tidak mengajarkan demonstrasi kepada anak didiknya), tetapi justru
pendidik mengajak agar anak didiknya untuk senantiasa mendo'akan pemerintah
dengan kebaikan.



Berkata Ibnu Hajar Al Asqolany, "(Nasehat bagi para pemimpin
Islam) dengan membantu tugas yang diembannya, mengingatkan dari kelalaiannya,
mengupayakan persatuan di bawahnya, dan di antara nasehat terhadap mereka yang
paling besar adalah menolak kezholimannya dengan cara yang baik."



NASEHAT PENDIDIK UNTUK MENGENAL TEMAN-TEMANNYA



Pendidik hendaknya mengajarkan kepada anak didiknya untuk
menasehati temannya yang lain dengan mengarahkan mereka kepada apa yang baik.
Mengajarkan mereka untuk mencegah perbuatan buruk yang akan dilakukan oleh
temannya.



Juga mengajarkan mereka agar menutupi kesalahan teman atau
aib (kejelekan) temannya.



 



Muqoddimah




  • Sebelum menjadi guru, telah diketahui bahwa predikat
    guru adalah sesuatu yang menantang sekaligus menyenangkan.

  • Kita tidak tahu bahwa pekerjaan itu sangat melelahkan.

  • Kita tidak mengerti ketika murid berteriak begitu keras
    sampai membuat kegaduhan.


  • Kesimpulannya bahwa mengajar murid bukanlah bagi para
    pengecut. Orang mengatakan bahwa ini merupakan ujuan kemampuan menangani
    ketidak keteratuaran.

  • Apakah tujuan jangka panjang kita untuk murid-murid? Seperti
    apa mereka yang Anda harapkan?

  • Pikirkan sejenak bagaimana menjawab pertanyaan itu!

  • Mungkin jika kita mengundang beberapa guru, kemudian
    menanyakan soal ini, maka akan terdengar beberapa jawaban, misalnya ada
    yang menginginkan agar murid-muridnya menjadi orang yang baik , mandiri,
    ilmuan, produktif, polisi, tentara, dll.

  • Tetapi, ada yang menarik tentang sekumpulan kata sifat
    itu dan paling berguna. Apakah itu? Yaitu bahwa ini menantang kita untuk
    bertanya apakah yang kita lakukan konsisten dengan apa yang kita inginkan?

  • Apakah kebiasaan sehari-hari kita membantu murid-murid
    untuk berkembang menjadi orang yang kita inginkan?


  •  Akankah apa yang baru saja kita lakukan bersama mereka
    seperti rekreasi sedikit membantunya dalam kecerdasan?

  • Jika demikian, apa yang seharusnya kita lakukan?

  • Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa caranya adalah:



1.      Harus menentukan tujuan, apa yang diharapkan.



2.      Menentukan jalan-jalan mana yang akan ditempuh untuk
merelasisasikan tujuan.



3.      Menempuh jalan itu, bukan sekedar rencana.




  • Sangat menyeramkan membanyangkan bagaimana murid-murid
    kita tahun ke depan dari sekarang? Pikirkan apa yang betul-betul menjadi
    masalah kita!

  • Bayangkan Anda sedang berdiri di sebuah ruangan. Di
    sudut lain ada 2 orangtua yang tidak mengetahui keberadaan Anda dan mereka
    membicarakan murid-murid Anda!



Di antara hal-hal yang mereka
katakan, apa yang membuat Anda paling senang!



“Wah, murid ini cerdas sekali!”



Tetapi, pertanyaan sekarang adalah
apakah kita bertindak seperti apa yang kita harapkan?



 



ISI




  • Berbeda antara mencintai murid karena apa yang mereka
    lakukan dan karena apa adanya. Yang pertama merupakan cinta bersyarat,
    artinya murid-murid harus mendapatkannya dengan bertindak sesuai yang kita
    anggap tepat.



Jenis kedua adalah cinta tanpa
syarat. Cinta ini tidak bergantung pada tingkah lakunya, apakah mereka berhasil
atau tidak berhasil.




  • Murid harus dicintai tanpa alasan apapun.

  • Syarat mengajar adalah cinta anak dan senang mengajar.

  • Dengan hal itu, mencintai murid-murid tanpa syarat akan
    menghasilkan pengaruh positif, baik moral maupun psikis.

  • Murid-murid perlu dicintai sebagaimana mereka apa
    adanya.


  • Apabila hal ini terjadi, maka mereka murid-murid dapat
    menerima diri mereka sendiri secara mendasar sebagai orang yang bisa,
    bahkan ketika mereka membuat kesalahan/gagal.

  • Cinta tanpa syarat, singkat kata adalah apa yang
    diperlukan anak-anak untuk berkembang.

  • Meskipun demikian, guru selalu tergoda untuk memberi
    syarat cintanya. Guru terdorong untuk melakukan itu tidak hanya oleh
    keyakinan yang tumbuh pada dirinya , tetapi oleh cara guru dibesarkan
    dulu.

  • Akar dari perasaan ini telah jauh ke dalam ranah
    kesadaran guru.

  • Perlu dibantu dan dibimbing, tapi mereka bukan
    murid-murid.

  • Monster kecil yang harus dijinakkan atau dituduhkan.
    Mereka mempunyai kemampuan untuk merasakan belas kasihan atau agresif,
    bekerja sama atau bersaing.


  • Cinta dari guru tidak perlu dibayar dengan apapun. Cinta
    dari guru itu murni hadiah semata. Cinta dari guru adalah hak yang patut
    didapat semua murid.

  • Jika hal itu bisa kita terima, maka kita seharusnya
    melihat murid-murid secara keseluruhan, bukan hanya perilakunya.

  • Dampak dari cinta bersyarat adalah murid-murid yang
    menerima cinta semacam itu pada akhirnya meremehkan bagian diri mereka
    yang tidak dihargai. Akhirnya, mereka menganggap diri mereka berharga
    hanya apabila mereka bertindak dengan cara-cara tertentu. Pada dasarnya,
    ini adalah tiket menuju penyakit syaraf.

  • Para pendidik mengingatkan kita bahwa yang terpenting di
    dalam kelas bukanlah apa yang diajarkan oleh guru, tetapi apa yang dipelajari
    oleh pelajaran, yang terpenting adalah pesan yang ditangkap murid-murid
    kita, bukan yang kita kirim menurut kita.

  • Para peneliti telah menemukan bahwa “semakin bersyarat
    dukungan yang diterima seseorang, maka semakin rendah persepsinya tentang
    apa yang berharga pada dirinya sebagai manusia.” Apabila murid-murid
    manerima kasih sayang bersyarat, maka mereka cenderung menerima diri
    mereka sendiri dengan syarat pula.

  • Sejumlah besar penelitian menemukan bahwa anak-anak
    maupun orang dewasa kurang berhasil dalam tugas jika mereka ditawari
    ganjaran untuk melakukkanya atau ketika melakukan dengan baik.




 



Dampak Hukuman




  • Hukuman ..otoriter, semua konsep yang kurang baik.
    Menghukum murid, secara sederhana adalah membuat sesuatu yang tidak
    menyenangkan terjadi padanya, biasanya dengan tujuan untuk mengubah
    perilaku mereka pada masa akan datang. Penghukuman membuat mereka
    memerita, dengan kata lain memberi mereka sebuah pelajaran.

  • Memukul murid jelas-jelas memberi mereka sebuah
    pelajaran dan pelajarannya adalah bahwa Anda bisa mendapatkan apa yang Anda
    inginkan dari orang-orang yang lebih lemah daripada Anda dengan cara
    menyakiti mereka.

  • Berdasarkan bukti-bukti yang ada, sangatlah sukar
    menolak bahwa menghukum murid-murid tidak akan membuahkan hasil. Diantara
    dampaknya:




1.      Hukuman membuat orang marah.



2.      Hukuman memberi contoh penggunaan kekuasaan.



3.      Hukuman pada akhirnya tidak efektif



4.      Hukuman mengikis hubungan kita dengan murid-murid.



 




  • Ketakutan akan ketidakmampuan menjadi guru,



kita mestinya khawatir tentang guru yang tidak mengerti apa
yang terbentang dihadapannya. Ingatlah, ketika murid-murid akan masuk kelas,
maka akan timbul berbagai kegelisahan.



Tak seorang pun merencanakan menjadi guru yang buruk. Kita
semua mencintai murid-murid dan menginginkan lebih darinya. Tetapi,
kadang-kadang kita juga merasa tidak berdaya dan bingung frustasi ketika segala
sesuatunya tidak berjalan seperti apa yang direncanakan dan diam-diam atau
terang-terangan kita ragu dengan kemampuan sendiri untuk melakukan yang
sebaiknya dilakukan. Guru dengan G besar haus akan nasihat yang menentramkan
hati.



 




  • Kurang bicara, lebih banyak tanya.



Mendikte murid jauh lebih kurang produktif dibanding dengan
membangkitkan dan menumbuhkan ide dan perasaan murid sendiri.



 




  • Apa yang diminimalkan!




Batasi jumlah kritikan



Gigit lidah Anda dan telah sebagian besar penolakan Anda.



 



Cari alternatif lain



Pada saat murid-murid ceroboh atau menjengkelkan, cobalah
untuk melihat sebagai wadah untuk mengajar.



Misalnya katakan: “Kenapa sih kamu? Bukankah aku sudah
memberi tahu kamu untuk tidak melakukan hal itu! Aku kecewa !”



Memberi anak sesuatu sebagai hadiah karena melakukan apa
yang kita inginkan adalah tidak menunjukkan rasa kasih sayang.



Tidak perlu membanjiri anak dengan barang-barang.



 



Anak-anak akan memberikan respon bilamana mereka
diperlakukan dengan hormat, dilibatkan dalam pemecahan masalah.



Proses lebih penting ketimbang hasilnya dan seharusnya
proses itu yang mendorong anak-anak untuk bernalar dan merencanakan, serta berpartisipasi
dalam memahami sesuatu.



 



Apabila murid melawan apa yang disuruh



Gunakan strategi yang paling tidak mengganggu.



Usahalah semaksimal mungkin dan selembut mengkin. Jangan
mengalahkan murid dengan kekuasaan Anda. Beri waktu beberapa saat untuk pulih.
Badai pasti berlalu. Contoh: Murid tidak mengindahkan ..



 



Jujur kepada mereka



Akuilah jika perintah tidak menyenangkan. Jangan mencari
alasan untuk membenarkan. Ungkapkan dalam kata-kata Anda, “Sayang, aku tahu
kamu kecewa tidak dapat, tetapi …”



 



Jelaskan Alasannya



“Karena aku bilang begitu!” sama sekali bukan alasan, itu adalah
semberono.



Dengan ini, maka mereka akan mengerti.



“Teman-temanmu sekarang sudah tunggu di sekolah, kalau kamu
tidak datang, maka mereka akan kecewa!”



 



Ubalah menjadi permainan



Gunakan imajinasi Anda untuk membantu anak-anak menemukan
suatu kesenangan dalam mengerjakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Contoh: Apabila
murid-murid malas gosok gigi, maka dorong mereka untuk mendengarkan bunyi sikat
pada email, yang menunjukkan secara langsung bahwa sikat berhasil membuang kotorang
yang jijik. Temukan variasi Anda sendiri atau lebih baik lagi, minta anak yang
menemukan.



 



Berikan teladan



Orang dewasa tidak harus mengikuti peraturan anak-anak,
tetapi sebagai besar peraturan seharusnya berlaku juga bagi kita. Contoh: Jika
menyuruh murid solat, maka kita harus juga demikian karena lebih mudah
melakukan sesuatu yang kita sendiri bersedia untuk melakukannya.



 



Berilah mereka pilihan sebanyak mungkin



Dalam hal kelakuan mereka, tanyakan mereka bagaimana mereka
ingin melakukannya, dimana, kapan, dengan siapa. Ajaklah mereka untuk berpikir.
Misalnya: seorang anaka tidak mau cuci tangan sebelum makan, maka guru
mengatakan, “Ok, mungkin karena lebih baik berjalan-jalan ke mol dari pada
jalan ke bak, tapi tangan benar-benar kotor, harus dicuci agar kamu tidak
sakit. Jadi, kamu mau cuci di WC atau di dapur?”



Ini supaya menghalangi niat mereka, tapi dengan nada yang
hangat.



 



Ada perbedaan antara memberikan selamat pada anak-anak
karena telah bertindak dengan cara yang membuat hidup Anda lebih mudah. (Contoh:
setelah makan cuci piring) dan memberi selamat karena melakukan hal yang
sungguh mengesankan.



Ada juga perbedaan antara mengungkapkan kesenangan sebagai
respon pada kepatuhan tanpa pikir (Contoh: Ketika anak mengikuti salah satu
aturan Anda) dan mengungkapkan kesenangan sebagai respon pada pertanyaan yang
sangat mendalam.



 



 



 



 



 



 



 













[1] Jaman sekarang
tidak lagi demikian, tetapi dihantam.







[2] Di dekat
rumah, SD Impres Minasa Upa terdapat guru yang sangat antusias dalam hal ini,
ia sering membawa murid lelaki ke masjid jika pukul 12.00. Sehingga memberikan
efek yang positif bagi masyarakat.







[3] Jika orang tua
memerintahkan membeli perlengkapa dupa (sejenis perlengkapan penghambaan kepada
jin), maka anak tidak boleh menaati karena itu untuk hal yang maksiat bahkan
itu syirik.








Photobucket

0 comments to “Menjadi Guru Kreatif”

Note: only a member of this blog may post a comment.