Suatu hari saya pernah menerima surat dari ibu Fransisca, berikut ini isi suratnya:
Ayah, nama saya Fransisca, ibu dari 3 orang anak, nomer satu berusia 8 tahun, nomer dua berusia 5 tahun dan paling kecil baru 2 tahun. Saya bingung mengapa anak saya yang kedua ini kok sepertinya tidak sepandai kakaknya ya...? saya lihat dia sulit sekali untuk diajari sesuatu terutama mengenali huruf-huruf, maunya hanya main sendiri dan menggambar coretan-coretan saja. Padahal saya merasa sejak kecil tidak pernah membedakan satu dengan yang lain dalam berbagai hal terutama asupan gizinya.
Berikut ini adalah jawaban saya pada bu Fransisca:
Bu Fransisca yang baik, mulai hari ini ibu tidak usah bingung lagi, karena memang sebenarnya sangatlah alamiah jika setiap anak berbeda. Menurut pandangan Ilmu Multiple Intelligence yang di pelopori oleh Dr. Howard Gardner sesungguhnya setiap anak itu terlahir cerdas, tidak ada yang bodoh. Hanya mereka cerdas pada bidang yang berbeda-beda. Bahkan pada anak-anak yang telah di nyatakan terbatas “disable” sekalipun masih bisa digali kecerdasannya.
Selama ini masyarakat pada umumnya telah memandang anak hanya dalam bentuk Hitam-Putih, kalau tidak pandai maka bodoh, kalo tidak bisa tenang maka hiperaktif. Padahal anak-anak kita itu sungguh berwarna-warni. Mereka semua adalah Mahakarya dari Alloh -subhanahu wa ta’ala-. Jadi sebenarnya yang kita perlu lakukan adalah membaca tanda-tanda kebesaran Alloh -subhanahu wa ta’ala- dalam diri anak kita, dan bukannya memberikan label-label negatif karena ketidakmampuan kita menterjemahkan pesan-pesan Alloh -subhanahu wa ta’ala- dalam diri mereka.
Menurut Howard Gardner, kekeliruan terbesar kita dalam memandang kecerdasan adalah bahwa kita telah menetapkan bahwa anak yang cerdas adalah anak-anak yang memiliki kemampuan lebih di bidang Baca Tulis dan Hitung, dan lebih mengerucut pada pemahaman anak yang unggul dalam bidang hitungan atau eksakta. Oleh karena itu setiap anak akan diukur berdasarkan barometer yang salah ini, sehingga tentu saja akan banyak anak kita yang masuk kategori tidak cerdas. Padahal menerut penelitian saya selama lebih dari 20 tahun, bekerjasama dengan para ahli syaraf (neuroscientist), ternyata kami menemukan bahwa kecerdasan itu sungguh sangat beragam dan kemampuan berhitung itu (yang di anggap sebagai satu-satunya kecerdasan saat ini) hanyalah salah satu saja dari berbagai jenis kemampuan otak manusia; yang saya menyebutnya sebagai kecerdasan Logis Matematis. Sesungguhnya Otak kita memiliki berbagai kecerdasan yang luar biasa dan tidak hanya terbatas pada kemampuan eksakta saja. Bahkan sejarah telah mencatat bahwa kemampuan kecerdasan yang paling besar pada manusia adalah “KECERDASAN BERBAHASA” yakni pada saat otak manusia mampu menciptakan bahasa beserta simbol-simbolnya, yang menyebabkan berkembang pesatnya peradaban manusia di bumi.
Bu Fransica yang baik, Sesungguhnya dalam setiap prilaku anak, merupakan petunjuk bagi kita tentang kecerdasan apa yang dimilikinya. Misalnya, anak ibu yang lebih tertarik membuat oret-oretan gambar dari pada mengenali huruf, ini menunjukkan tanda-tanda awal munculnya kecerdasan desin ruang, imajinasi gambar. Kesukaan anak ibu untuk bermain sendiri itu lebih menunjukkan bahwa ia sedang mengemambangkan kemampuan Imajinasi Cerita dan sama sekali bukan menunjukkan ia tidak pandai.
Jadi sekali lagi ibu tidak perlu khawatir, mulai hari ini mari kita berfokus untuk menggali jenis kecerdasan apa yang sesungguhnya tersimpan dalam diri anak ibu yang ke2 juga mungkin yang ke 3.
Pada edisi mendatang, kami akan lebih mengupas tentang kecerdasan-kecerdasan apa saja yang tersimpan dalam masing-masing anak beserta cara mengetahuinya, sehingga ibu dan para orang tua dapat mengasah dan mengembangkannya sejak usia dini, agar kelak anak kita bisa menjadi anak-anak yang unggul di bidangnya masing-masing dan tidak lagi terperangkap pada pandangan pintar dan bodoh terhadap anak kita.
Sumber: Ayah Edy
0 comments to “AYAH SAYA BINGUNG KENAPA ANAK SAYA YANG NOMER DUA TIDAK SEPANDAI KAKAKNYA YA..? PADAHAL KAMI MEMBERIKAN SEGALA SESUATUNYA SERBA SAMA.”