Subscribe RSS

Hari menjengkelkan datang menghampiriku. Sebenarnya, bukan harinya yang mengecewakan. Tapi, peristiwa ini membuat pusing dan berdampak sistemik padaku.

Tepat ba’da asar. Kupersentase judul seminar “Animasi Fisika Berbasis Macromedia Flash.”

Sepanjang perjalanan materi, tiap slide kubahas dengan cepat, mengingat waktu semakin larut dan teman-teman sudah menunggu terlalu lama.

Kututup dengan ucapan salam.

Sang Moderatorpun mempersilahkan penguiji menyampaikan pertanyan-pertanyaan kritis.

Disinilah terjadi kekecewaan, ada satu pertanyaan sukar kuterima. Betapa tidak, sudah 2 bulan kupersipkan dasar-dasar materi ini. Tapi toh, engtah mengapat si penguji berkata begini, “Seharusnya judul kamu: Penerapan Macromedia Flash dalam pembelajaran Fisika.”

Statement menusuk ke rulung nalarku. Ku tak sanggup menahan kekecewaan. Koreksi telah ku terima dari pembimbing, sekarang kritik lagi dari penguji.

Huft…

Kekecewaan mendalam itu karena penguji tidak paham betapa pentingnya kita memupuk kreatifitas, menambah wawasan psikomotorik. Namun, betullah peribahasa: Bagaikan menyatukan minyak dan air.

Penguji lain, aku pun lain.

Rekan-rekan sekalian, coba kita telusur apa yang terjadi jika selama ini kita hanya menggodok hasil terus, tanpa berpikir untuk mencoba membangun program animasi.

Jika julul penguji kita ambil, maka dampaknya hanya mengajar mahasiswa untuk mengcopy file-file animasi macromedia di internet atau dari orang lain. Semuanya tidak orisinal.

Sementara jika kita merekonstruksikan pembuatan materi dengan usaha sendiri sebagaimana judul seminarku, maka yakinlah bahwa tidak ada lagi plagiator-plagiator merajarela.

Huft…

Nasi telah menjadi bubur.

Hendak hatiku memperkuat alas an itu, tapi nampak “otoriter” kekuasan masih berlaku. Penguji ibarat orang cerdas, tak bisa dikritik. Mahasiswa tetap mengekor atas hajat penguji.

Dimanakah kesadaranmu wahai dosenku? Selalu mengeritik tanpa memaknai maksud dan tujuan kami? Ingatlah, negara kita tidak diselamatkan karena pendidikan, melainkan keselamatan itu karena “keterampilan.”

0 comments to “STRESS SEMINAR”

Note: only a member of this blog may post a comment.