Subscribe RSS

Malam itu, saya tidur agak lebih cepat. Dalam rangka dapat menonton final Piala Dunia 2010. Tiba-tiba terdengar suara dering telepon pada saat tertidur nyenyak, dering itu tidak bisa mengalahkan rasa kantuk saya. Kemudian terdengar kembali suara dering telepon. Suara inilah yang terakhir, lalu dapat membuat saya terbangun. Ternyata saya teringat bahwa kemarin itu, paman sudah berjanji akan membangunkan dari lelap tidur untuk nonton bareng piala dunia di rumahnya. Rumahnya tepat berada di belakang rumah saya.
Televisi yang berukuran 35 x 30 cm menjadi mediator untuk menonton final Piala Dunia waktu itu. Televisi ini milik Paman yang sudah cukup lama bertahan alias kassa’ (bahasa makassar yang artinya kuat). Saya kemudian menyaksikan pertandingan menegangkan itu hingga selesai, yang berujung pada kekalahan Belanda 1-0 terhadap Spanyol. Walhasil, Belanda –mantan penjajah Indonesia ini- menelan pil pahit, pulang ke negeri asal dengan merangkaul juara 2 pada Piala Dunia 2010.


Keberhasilan Spanyol dan Kekalahan Belanda memberikan dampak yang cukup signifikan bagi banyak orang. Piala Dunia telah memberikan kontribusi luar biasa bagi semua bangsa/negara.
Terlihat gemerlap semangat dan ambisi bermain bola mulai dari kalangan bocah sampai kalangan tua. Juga perabotan rumah pun dihiasi dengan aksesoris “Bola”, ada yang berupa bantal, hiasan rumah, dll. Ini menunjukkan bahwa damapak dari pestapora “World Cup 2010” begitu membekas.
Tapi, ada satu pertandingan lagi yang bagi kita belum mencapai finish dan pertandingan itu merupakan pertandingan spektakuler, kenapa bisa? Karena meskipun kita tidak mendaftar, ternyata nama-nama kita sudah menjadi bagian dari pemain. Bukan hanya negara yang terseleksi dari benua masing-masing yang bisa ikut, akan tetapi juga semua yang gagal maupun lulus bisa ikut dalam pertandingan ini. Pertandingan yang tidak ditentukan waktu dan tempatnya. Personil dari pertandingan ini bukan berbentuk grup, melainkah perorangan. Setiap orang berlaga memperebutkan juara, baik pemainnya pria maupun wanita juga bisa. Tetapi juara apa yang akan diperoleh bagi sang pemenang? Apakah berbentuk piala berbahan emas, perak, atau perunggu? Oh,… ternyata bukan. Piala Akhirat adalah berbentuk tempat tinggal dan tempat tinggal itu dinamai “Surga” dan bagi orang yang kalah dari pertandingan ini juga mendapatkan fasilitas tempat yang dinamai “Neraka”.
Pemain yang menang berhak membuka pintu “Surga” itu. Tapi ingat, semua pintu harus memiliki kunci dulu untuk membukanya. Apa kunci itu?
Bagi yang merindukan kemenangan untuk mendapatkan “surga”, tentu kita akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.
Tetapi kita tak perlu gelisah, Nabi Muhammad -Shollallohu 'Alaihi Wasallam-telah membeikan petunjuk bagi para pemain apa kunci surga itu. Sebagaimana hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang mulia, beliau bersabda (yang artinya): “Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga. “ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih). Ini adalah kunci bagi pemenang Piala Akhirat.
Ternyata, kunci surga itu adalah Laa ilaahaa illalloh, kalimat Tauhid yang begitu kerapkali kita ucapkan dan yakini. Namun, semudah itukah pintu surga kita buka? Bukankah banyak orang yang siang malam mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh, tetapi mereka masih meminta-minta (berdo’a dan beribadah) kepada selain Alloh, percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya ? Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga? Tidak mungkin !
Ketahuilah yang namanya kunci pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga yang berupa Laa ilaaha illalloh itu, ia pun memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh pemain yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al-Iman Al-Bukhori meriwayatkan dalam Shohih-nya (3/109) bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Imam Wahab bin Munabbih (seorang Tabi’in terpercaya dari Shon’a yang hidup pada tahun 34-110 H) : “Bukankah Laa ilaaha illalloh itu kunci surga ? “Wahab menjawab : “Benar, akan tetapi setiap kunci yang bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan di bukakan untukmu !”.
Lalu apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illalloh itu? Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illalloh itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illalloh!
Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qoshim Al-Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illalloh itu ada delapan, yaitu :
Pertama :
Al-‘Ilmu (mengetahui), maksudnya adalah kita harus mengetahui arti (makna) Laa ilaaha illalloh secara benar. Adapun artinya adalah : “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh”. Rosululloh -Shollallohu ‘Alaihi Wasallam-bersabda (yang artinya):
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).
Seandainya kita mengucapkan kalimat tersebut, tetapi kita tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.
Kedua :
Al-Yaqiinu (meyakini), maksudnya adalah kita harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illalloh tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rosululloh -Shollallohu ‘Alaihi Wasallam-bersabda (yang artinya): “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Alloh dan aku adalah utusan Alloh. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Alloh sembari membawa dua kalimat syhadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.
(HR. Muslim).
Ketiga :
Al-Qobulu (manerima), maksudnya kita harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illalloh dengan senang hati, lisan dan perbuatan, tanpa menolak sedikitpun. Kita tidak boleh seperti orang-orang musyirik yang di gambarkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an (yang artinya):
“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka : (ucapkanlah) Laa ilaaha illalloh, mereka menyombongkan diri seraya berkata : Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini ? “(QS. As-Shoffat : 35-36).
Keempat :
Al-Inqiyaadu (tunduk atau patuh), maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illalloh dalam amal-amal nyata. Alloh subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):
“Kembalilah ke jalan Tuhanmua, dan tunduklah kepada-Nya. “(QS. Az-Zumar : 54).
Alloh Ta’ala juga berfirman (yang artinya):
“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul (ikatan) tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illalloh). “(QS. Luqman : 22). Makna “menyerahkan dirinya kepada Alloh” yaitu tunduk, patuh dan pasrah kepada-Nya.
Kelima :
Ash-Shidqu (jujur atau benar), maksudnya kita harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illalloh, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa di sertai kebohongan sedikitpun. Nabi SholAllohu ‘alahi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Alloh dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Alloh mengharamkan neraka atasnya. “(HR. Imam Bukhori dan Muslim).
Keenam :
Al-Ikhlas (ikhlas atau murni), maksudnya kita harus membersihkan amalan kita dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya. Nabi -Shollallohu ‘Alaihi Wasallam-bersabda (yang artinya) : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Alloh Azza wa Jalla. “(HR. Imam Bukhori dan Muslim).
Ketujuh :
Al-Mahabbah (mencintai), maksudnya kita harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan di antara manusia ada yang menbuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Alloh yang di cintai layaknya mencintai Alloh. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Alloh diatas segala-galanya). “(QS. Al-Baqarah : 165).
Dari sini kita tahu, Ahlut Tauhid mencintai Alloh dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan Ahlus Syirik mencintai Alloh dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illalloh.
Kedelapan :
Al-Kufru bimaa siwaahu (mengingkari sesembahan yang lainnya), maksudnya kita harus mengingkari segala sesembahan selain Alloh, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga kita harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Alloh itu batil dan tidak pantas disembah-sembah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyatakan (yang artinya): “Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Alloh) dan hanya beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illalloh), yang tidak akan putus….”(QS. Al-Baqoroh : 256).
Saudaraku para pemain “Piala Akhirat”, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta banyaknya. Karena itu perhatikanlah wahai pemain!
Akhir kalimat, demikianlah kriteria Piala Akhirat yang akan kita perebutkan. Dengan sebuah harapan dapat mendorong kita untuk selalu berpacu dalam beramal shalih. Tuk meraih tamasya “Surga” yang hakiki yang penuh dengan kenikmatan yang abadi.
Nyata bagi kita, semoga kita tidak menjadi peserta yang kalah dalam liga “Piala Akhirat”. Sebab bagi mereka yang kalah tempatnya di Neraka. Naudzubillah. Berikut kami kutip do'a memohon dimasukkan ke Surga dan dijauhkan dari Neraka:
Diriwayatkan dari Ummul Mukminin 'Aisyah, bahwasanya Rosululloh -Shollallohu 'Alaihi Wasallam- berdo'a (yang artinya): "Ya Alloh sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al jannah (surga) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari an nar (neraka) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan". (HR. Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.1542)
Amien, Ya Robbal 'alamin.
Photobucket

Category: | 0 Comments

0 comments to ““Beyond Cup” (Piala Akhirat)”

Note: only a member of this blog may post a comment.