Subscribe RSS

Pagi itu, sekitar pukul 07.20, Aku tiba di Kampus Hijau (ortom Unismuh) alias SMK Panca Marga. Masih terasa sejuk dan rindang pemandangan yang indah berupa pepohonan dan ruangan yang masih kosong. Kemudian Aku memarkir motor di tempat parkiran yang tidak memiliki penjaga. Terasa begitu cemas setelah manaruh motor di situ. Akan tetapi, keyakinan bahwa Alloh akan senantiasa menjaga benda yang kita miliki selalu tertanam pada diri Aku. Sehingga kecemasan itu melahirkan kekukuhan dan keoptimisan.
Lalu Aku berjalan menuju kelas, menanti pertemuan pertama mata kuliah PPL I atau disebut MKPB IV yang dibawakan oleh seorang dosen senior. Aku menaiki tangga dalam rangka mencari ruangan kuliah baru.
Tiba-tiba belum lama berjalan di tangga, Aku sudah melihat teman-teman berebut masuk ke dalam sebuah ruangan berpintu hijau dan di belakang teman-teman ada seorang yang mengonsumsi baju rapih dan berwarna putih, sisiran rambut yang menawan, rim berwarna hitam, sepatu yang mengilap bagaikan emas murni, dan berwajah sabar. Siapakah itu?
Dia adalah Bapak Drs. Abdurrahman.


Aku teringat dengan kejadian ini, sama dengan adab Malaikat Jibril ketika mengajar Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam tentang Islam. Mari kita simak kisahnya yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab RadhiyAllohu ‘anhu.
“Artinya : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya (rapih), tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, dengan menyandarkan kelututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata :
“Ya Muhammad, beritahulah Aku tentang Islam”,
maka beliau menjawab :
“Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Alloh serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melAkukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana.”
Lelaki itu pun berkata :
“Benarlah engkau.”
Kata Umar:
“Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga membenarkan beliau.”
Lalu ia berkata :
“Beritahulah Aku tentang Iman?”
Beliau menjawab :
“Yaitu : Beriman kepada Alloh, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk.”
Ia pun berkata :
“Benarlah engkau.”
Kemudian ia berkata :
“Beritahullah Aku tentang Ihsan.”
Beliau menjawab :
“Yaitu : Beribadah kepada Alloh dalam keadaan seakan-akan kamumelihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Ia berkata lagi.
“Beritahulah Aku tentang hari Kiamat?”
Beliau menjawab :
“Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya.”
Walhasil ia berkata :
“Beritahulah Aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu.”
Beliau menjawab :
“Yaitu : Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi.”
Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya :
“Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?”
Aku menjawab :
“Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau pun bersabda :
“Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian”.
(Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits dengan lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.)
Mirip ya dengan aktivitas Beliau dengan pelajaran hadits di atas!
Bapak Drs. Abudurrahman senantiasa disipin waktu, buktinya beliau lebih dahulu masuk ke ruangan ketimbang mahasiswanya yang lain, seperti Aku yang datang terlambat tuh.
Teman-teman kerapkali menyingkat nama beliau dengan Pak Rahman. Akan tetapi, Aku tidak sepakat dan menentang penyebutan ini. Sebab itu tidak sesuai nama asli bapak yang memiliki makna “Hamba Maha Penyayang.” Jadi, jika teman-teman menjuluki bapak dengan nama Pak Rahman, seolah-olah nama bermakna “Maha Penyanyang” berarti kita menandingi nama Alloh. Karena itulah, Aku tidak sependapat!
Kuliah pun berlangsung pada saat itu, Bapak Abdurrahman -dengan A besar- sebagai figur yang sensasional membawakan materi “MKPB IV” yaitu mata kuliah yang cukup sulit dilulusi karena ini bertahap, mulai dari MKPB I, II, III, dan ini yang terakhir. Rata-rata mahasiswa, sukar pada mata pelajaran ini. Bayangkan saja, kita diajar mengajar di depan papan tulis sembari teman-teman menyaksikan dan beliau menilai. Tapi, memberikan dampak tersendirilah bagi kita semua, ada yang tidak senang dengan pelajaran ini dan ada juga kontroversi alias tidak enjoy.
Mungkin saja mereka tidak enjoy karena mereka dipaksa masuk jurusan fisika, atau coba-coba. Karena itulah, sebaiknya teman-teman belajar memotivasi diri dari dalam, berkomitmen dari dalam. Dehgan hal itu, mudah-mudahan menambah semangat dan tidak kendor dalam mengarungi lautan fisika.
Kita lanjut ya ...
Aku dan teman-teman kerapkali menggelari Pak Abdurrahman dengan ikon “professor”, meskipun beliau tidak memiliki ikon itu. Ketika Aku di masjid, bersama Lulusan Hukum Unhan dikatakan bahwa ikon professor bukanlah prestasi akademik, melainkan hanyalah sebuah penghargaan dari sebuah penelitian, mungking bisa dikatakan jurnal.
Akan tetapi, jika ditanyakan kepada Pak Abdurrahman tentang mengapa tidak lanjut ke S2, maka beliau hanya menjawab dengan senyuman manis bahwa yang penting ilmunya lah, kata seorang junior semester II Pend. Fisika.
Aku sangat setuju dengan untaian kata dari dosen “yang tidak pernah mengonsumsi sendal dalam mengajar” ini (sebab sebagaian dosen Aku, ada juga yang ngajar asal-asalan dengan hanya memakai sendal), mengenai ilmu yang berperan dan memiliki kendali dalam menyikapi intelektualitas seseorang. Bukan dari gelar, bukan dari banyaknya S (ngertilah), melainkan dari sisi berbobotnya kepala dengan pengetahuan dan ilmu.

Bapak Abdurrahman pernah bertutur kata bahwa ia dulu ketika masih kuliah, memiliki dosen yang gagah dan high intelektual (cerdas). Makanya tidak naifkan, lahirlah kecondongan yang sama antara dosen dengan murid.
Beliau menambahkan juga bahwa jika seseorang semakin bertambah ilmunya, maka semakin bodohlah ia. Apa ya maksudnya? Bapak Abdurrahma mengatakan kaliamat ini tidak asal bunyi, melainkan dengan penuh interpretasi yang mendalam. Juga bisa diambil kesimpulan bahwa jika ingin cerdas, maka belajar juga kepada guru yang cerdas.
Maksudnya ialah semakin banyak informasi yang diketahui oleh seseorang, maka akan semakin menggunung rasa penasarannya, alias bodoh.
Dosen yang senang ‘bergandengan tangan’ dengan para mahasiswanya ini, memiliki keantusiasan dalam menyebarkan ilmu. Lihatlah ketika jadwal perkuliahan sudah dimulai, maka nampak beliaulah dosen yang paling tepat waktu. Disebabkan waktu itu jangan sampai sia-sia, kata orang:
“Time is KNOWLEDGE”
Good luck Pak!
Photobucket

Category: | 0 Comments

0 comments to “Drs. Abdurrahman”

Note: only a member of this blog may post a comment.