Saya benci dibohongi... White lie atau apapun itu, yang namanya bohong, ya tetap bohong..Tidak ada excuse untuk itu, dan tidak ada apapun yang bisa menjustifikasi tindakan itu..
Sebuah hubungan yang baik dibangun atas dasar kepercayaan. Dan jika kepercayaan itu dilanggar, pasti akan susah bagi seseorang utk mempercayai orang yang telah berbohong itu.
Ada maaf untuk kebohongan yang pertama, ada toleransi dan harapan baru agar sikap itu berubah pada kebohongan yang kedua. Tapi ketika lahir kebohongan yang ketiga, hanya sakit hati dan rasa MUAK yang tersisa.
kebohongan itu menyakitkan
Orang bijak selalu bisa belajar dari pengalaman, krn pengalaman adalah guru yg paling berharga. Berubah memang sulit, tapi paling tidak berusalah untuk lebih baik, dan tidak mengulang kesalahan yang sama untuk yang kedua, ataupun untuk yang kesekian kalinya. Keledai saja tidak sebodoh itu untuk bisa jatuh ke lubang yang sama bukan?!!
Introspeksi. Ya, betul, introspeksi, saya pun tahu jika saya bukan manusia suci yg tidak punya kesalahan. Jangan terus menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuat. Semut di seberang lautan gampang dilihat, tapi gajah di pelupuk mata malah luput dari penglihatan, itulah yang terjadi pasa sebagian besar orang termasuk saya. Jadi, alangkah baiknya, jika mencoba melihat sesuatu dari perspektif orang lain dan mencoba berempati terhadap perasaan orang lain.
Kebohongan yang dibuat hanya dengan dalih untuk menutupi kesalahan dan menghindari pertengkaran bukanlah sikap yang bijak. Ketika kebohongan itu terkuak, pihak yang berbohong akan merasa lebih malu dan pihak yang dibohongi akan merasa LEBIH sakit hati lagi kan?! Terkadang, luka batin lebih sakit rasanya dibanding luka fisik. Ini bukan sekedar kata ataupun kutipan dari syair-syair lagu semata, akan tetapi dari pengalaman hidup yang saya dan teman-teman lain mungkin alami.
Ada beberapa tanda-tanda atau ciri-ciri dari seseorang yang berbohong:
- Ketakutan (dia terlihat ketakutan ketika kita mencoba untuk mengkonfirmasi).
- Ketidakyakinan dan ketidakkonsistenan dalam menjawab (jawaban yang diberikan terlihat tidak meyakinkan dan tidak rasional, dan terkadang jawabannya berubah-ubah, terutama di saat dia dalam keadaan terdesak).
- Bersikap lebih defensif (dalam artian lebih galak, dan mencoba membela diri nya sebisa mungkin dan tetap bertahan dengan kebohongan yang dia ciptakan).
- Marah-marah sendiri dan bersikap lebih kasar terhadap orang yang dibohongi.
Ciri-ciri di atas bukan saya ciptakan sendiri, tapi saya ambil dari pengalaman yang terjadi pada saya. SAYA TIDAK SUKA DIBOHONGI. Dan ketika ciri-ciri di atas muncul, hati kecil dan insting saya mengirimkan pesan ke otak, bahwa saya dibohongi. Dan dari pengalaman yang saya alami, insting saya tidak pernah berdusta. Jika saya merasa bahwa saya dibohongi, saya tidak akan tinggal diam, saya akan terus berjuang utk mendapatkan kebenaran, walaupun akhirnya sakit dan perih yang terasa ketika akhirnya kebenaran itu terkuak.
Terlepas dari kesakitan yang saya alami, saya bersyukur bahwa akhirnya Tuhan memberikan petunjuk tentang cara untuk memfilter orang yang bisa saya percaya dan yang TIDAK LAYAK saya percayai.
Lebih baik jujur, walaupun kejujuran itu menyakitkan, daripada berbohong dan akhirnya ketahuan. Kejujuran lebih terhormat dan mulia dibandingkan kebohongan.
(Sumber: Puput)
0 comments to “Perihnya Dibohongi”