Subscribe RSS

Penanganan pada waktu pasien masuk:

1. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk dari pengantar yang mingkin melihat kejadiannya. Yang ditanyakan:

a. waktu kejadian.

b. Tempat kejadian

c. Jenis senjata

d. Arah masuk keluar perlukaan

e. Bagaimana keadaan penderita selama dalam transport

2. Pemeriksaan

Harus cepat dan lengkap

Baju penderita harus dibuka dan kalau muingkin seluruhnya.

Inspeksi:

a. Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka keluar dan luka keluar

b. Gerakan dan posisi pada akhir inspirasi

c. Akhir dari ekspirasi

Palpasi:

a. Diraba ada atau tidak krepitasi

b. Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral

c. Fremitus kiri dan kanan dibandingkan

Perkusi:

a. Adanya sonor, timpani atau hipersonor

b. Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau miring

Auskultasi:

a. bising nafas kanan dan kiri dibandingkan

b. Bising nafas melemah atau tidak

c. Bising nafas yang hilang atau tidak

d. Batas antara bising nafas melemah atau menghilang dengan yang normal

e. Bising nafas abnormal dan sebutkan bila ada

Pemeriksaan tekanan darah

Kalau perlu segera pasang infus.

Pemeriksaan kesadaran

Pemeriksaan sirkulasi perifer

Kalau keadaan gawat punksi

Kalau perlu pasang intubasi nafas bantuan

Kalu keadaan gawat darurat perlu dilakukan massage jantung

Kalau perlu torakotomi massage jantung internal.

3. Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi( foto toraks). Bila keadaan memungkinkan juga sebaiknya foto PA

PERDARAHAN

Pada trauma toraks dengan tanda – tanda hematotoraks, dilakukan WSD keluar darah cukup banyak dan perdarahan yang keluar dari WSDdiperkirakan cukup untuk mengakibatkan shok, maka dikatakan shok karena perdarahan.

Untuk menimbulkan shok bila keluar darah/cairan intravaskular sebanyak 15 – 20% dari “blood volume”

FRAKTUR TULANG IGA

Patofisologi yang terjadi adalah karena kelainan mchanic of breathing terjadi gangguan ventilasi-hipoventilasi.

Untuk membuat diagnosa cukup dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologik.

Penanganannya :

1. analgetika

2. fisioterapi

3. dapat dengan anestesi setempat infiltrasi atau blok

FLAIL CHEST

Bila garis fraktur pada satu iga lebih dari satu garis fraktur dan lebar segment bebas dengan jumlah iga yang terkena lebih dari dua iga akan menyebabkan secara klinis suatu flail chest.

Oleh karena itu flail chest akan memberi gambaran hipoventilasi. Bila disertai dengan kontusio jaringan paru, dapat menyebabkan kegagalan pernafasan.

Penanganannya sama dengan fraktur iga biasa, bila tanpa adanya kegagalan pernafasan. Bila ada kontusiojaringan paru dan menyebabkan gagal nafas biasanya perlu nafas bantuan dengan ventilator. Bila diperkirakan akan memakan waktu lama dengan pemakaina ventilator, dapat dipikirkan untuk membantu mengatasi salah satu segi yaitu hipoventilasi dengan fiksasi fragmen tulang iga secar terbuka.

PNEUMOTORAKS

a. Tension Pneumotoraks

Suatu pneumotoraks yang progresif dan cepat sehingga membahayaakan jiwa penderita dan dalam jangka waktu yang tidak lama. Keadaan ini dapat terjadi karena udara yang keluar dari paru- paru masuk ke rongga pleura tidak dapat keluar yang kemudian menyebabkan tekanan intrapleura meningkat terus. Perlu tindakan segera untuk membebaskan paru dan mediastinum dari desakan.

4. Keluhan sesak nafas yang progresif dan berat

5. Tindakan harus cepat dan merupakan life saving. Ambil jarum suntik steril, desinfeksi kulit di sela iga II, garis midklavikular sisi yang terkena. Di tempat tersebut dilakukan punksi dengan jarum tersebut dan dibiarkan terbuka.

b. Simple Pneumotoraks

1. Keluhan:

- Sesak nafas

- Nyeri

- Batuk – batuk

2. Pemeriksaan:

Toraks mungkin lebih besar dari sisi yang sehat, mungkin pula normal. Gerakan tertinggal karena gerakan nafas yang terbatas.

Palpasi:

- fremitus dibandingkan dengan sisi yang lain

- Mungkin teraba krepitasi karena emfisema subkutan

Perkusi:

- adanya hipersonor atau timpanis

Auskultasi;

- bising nafas yang berkurang atau menghilang

- bila terdapat krepitasi yang luas akan mengganggu pemeriksaan auskultasi

6. Pemeriksaan bantuan foto toraks akan sangat membantu. Bila keadaan penderita dan rumah sakit mengijinkan foto rontgen dapat memastikan. Bial penderita memungkinkan untuk foto berdiri dibuat foto PA. Bila hasil foto meragukan dan penderita memungkinkan memang sebaiknya dibuat foto PA.

7. Tindakan:

- WSD

5. Obat – obatan:

1. selalu diberikan ekspektoran

2. selalu diberikan antibiotika paling sedikit 3 hari

6. Tindakan lain:

Pasca pemasangan WSD selalu dimintakan fisioterapi

HEMATOTORAKS

Gejala dan tindakan pada saat penderita masuk sangat tergantung pada jumlah darah yang ada di rongga toraks. Bila perdarahan banyak akan menyebabkan gejala – gejala lebih menonjol dan kemungkinan untuk dilakukan torakotomi lebih besar.

Pada penderita hematotoaks keluhannya : nyeri dan sesak nafas yang mungkin sifatnya progresif. Bila ada keluhan yang progresif harus hati-hati dengan adanya tension pneumotoraks.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Biasanya tidak tampak keluhan, mungkin gerakan nafas tertinggal, muingkin pucat karena perdarahan (pemeriksaan Hb dan leukosit).

Palpasi :

Fremitus mungkin lebih keras dari sisi yang lain.

Perkusi :

Pekak dengan batas sepert garis miring dan mungkin tidak jelas tergantung pada jumlah darah yang ada di rongga toraks.

Auskultasi :

Bising nafas mungkin tidak terdengar atau menghilang

Foto toraks :

Sangat membantu untuk menentukan diagnosa bila keadaan penderita mengijinkan.

Terapi :WSD

Daftar pustaka :

1. Rahmat BK. Trauma toraks dalam : Kumpulan kuliah Ilmu Bedah FKUI. Hal 205 – 221

2. ATLS

3. Bailey's Textbook of Surgery 7th Edition (c) 2000, W. B. Saunders Company

4. .Sabiston Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice, 16th Edition (c) 2001, W. B. Saunders Company

5. Schwartz: Principles of Surgery, 7/e © 1999 by The McGraw-Hill Companies, Inc.

0 comments to “Trauma Toraks”

Note: only a member of this blog may post a comment.